Ketika suasana politik sedang hangat dan tajamnya di Romawi, lahirlah seorang militer dan politikus Romawi yang masyhur, Gaius Julius Caesar, tahun 100 SM.
Di abad kedua sebelum Masehi, setelah kemenangan Romawi atas Cartago dalam Perang Punik kedua, orang-orang Romawi berhasil mendirikan kekaisaran yang begitu luas. Penaklukan ini memberikan mereka harta yang melimpah. Namun sejatinya, peperangan menciptakan keadaan sosial ekonomi yang porak poranda dan banyak petani terusir dari sawah ladangnya. Senat Romawi terbukti tak mampu mengatur secara efisien negeri yang sudah terangkul begitu besar. Korupsi politik merajalela dan seluruh daerah Laut Tengah sangat menderita akibat ketidakbecusan pemerintah Romawi. Di Roma sendiri, bermula pada tahun 133 SM, sudah terjadi kekacaubalauan dalam masa yang cukup lama. Politisi, para jendral, dan para demagog saling bergulat merebut kursi kekuasaan dan pasukan pemberontak (seperti yang dipimpin Marius tahun 87 SM dan yang dipimpin Sulla tahun 82 SM) bergerak langsung ke jantung Roma. Kendati kebrengsekan pemerintahan sudah jelas-jelas tergambar dengan nyata, umumnya rakyat Romawi masih tetap ingin mempertahankan sistem pemerintahan republik. Julius Caesar mungkin pemimpin politik penting pertama yang dengan gamblang melihat bahwa pemerintahan demokratis di Roma tak ada faedahnya dipertahankan, dan memang faktanya sudah lama tak membawa faedah.
Caesar sendiri berasal dari keluarga bangsawan lama. Dia memperoleh pendidikan dengan baik dan sebagai anak muda saat itu dia sudah menerjunkan diri ke dunia politik. Ia adalah seorang politikus yang sangat handal, kemampuan berpolitiknya sungguh menawan. Ia sangat menentang bentuk pemerintahan kekasisaran karena hal tersebut akan menciptakan seorang diktator. Pada saat diktator Romawi Lucius Sulla berkuasa, Sulla mengeluarkan daftar-daftar yang berisi nama-nama orang yang akan dibunuh karena dianggap berpotensi menjatuhkannya sebagai pemimpin tertinggi romawi. Dalam daftar tersebut terdapat nama pemberontak– Cinna– yang merupakan ayah Cornelia, istri Caesar. Caesar yang ditawan karena menyelamatkan Cinna dipaksa oleh Sulla untuk menceraikan istrinya. Namun, hal tersebut ditolak Caesar mentah-mentah. Kemudian Sulla dengan liciknya melepaskan Caesar untuk dibunuh setelahnya. Pompey yang merupakan Jendral kepercayaan Sulla rupanya menaruh simpati yang besar kepada Caesar, ia membantu Caesar melarikan diri ke Asia dan Cilicia ketika akan dibunuh Sulla. Saat berada di pengasingan istrinya meninggal ketika melahirkan anaknya yang bernama Julia. Pada tahun 78 SM, Caesar kembali ke Romawi setelah kematian Sulla. Ia kemudian menjadi anggota Senat dan mulai memikirkan ambisi besarnya. Ia dan Pompey menjadi akrab setelahnya. Caesar sepakat menikahkan Pompey dengan anaknya Julia. Hal itu dilakukan semata-mata sebagai sebuah kesepakatan agar Pompey mau memberikannya pasukan dalam jumlah besar. Pasukan itu akan ia gunakan untuk memenuhi hasrat dan ambisinya yang sangat besar, yaitu memakmurkan dan menyejahterakan Romawi. Tak lama setelah pernikahan anaknya, Caesar menikah lagi dengan Calpurnia Pisonis.
Pada tahun 58 SM ketika usianya menginjak empat puluh dua tahun, Julius Caesar ditunjuk sebagai gubernur yang membawahi tiga propinsi di bawah Roma: Cisalpine Gaul (bagian utara Itali); Illyricum (daerah pantai Yugoslavia kini); dan Narbanese Gaul (pantai Perancis sekarang). Di bawah komandonya, saat itu terdapat empat pasukan Romawi yang beranggotakan 20.000 tentara. Selama tahun-tahun antara 58-51 SM, Caesar menggunakan pasukan itu menyerbu dan menaklukkan sisa daerah Gallia, daerah yang kira-kira terdiri dari Perancis dan Belgia kini, berikut bagian-bagian dari Swiss, Jerman, dan Negeri Belanda. Meskipun jumlah pasukannya teramatlah sedikit, dia berhasil memukul orang-orang Gallia sekaligus memperluas daerah kekuasaan Romawi hingga menyentuh Sungai Rhine. Dia juga mengirimkan dua ekspedisi ke Inggris, tetapi tidak berhasil menaklukkannya secara permanen.
Julius Caesar adalah seorang Jenderal yang ambisius dan jenius dalam mengatur strategi berperang. Kejeniusannya ini dapat tercermin dari peperangan yang selalu ia menangkan. Dan salah satu yang fenomenal adalah kemenangannya atas Gallia. Terutama kejeniusan strateginya dalam menghadapi Gallia. Pada saat pertempuran itu, pasukan Caesar mengepung Gallia sehingga mereka tak bisa keluar dari benteng pertahanan mereka. Namun pasukan Caesar sendiri masih tak dapat menembus kokohnya benteng tersebut. Hingga akhirnya Caesar mendengar kabar jika Gallia akan mendapat bala bantuan yang jumlahnya ratusan ribu tentara dari berbagai suku yang membenci Caesar karena begitu ambisiusnya ia menguasai seluruh daerah di sekitar Romawi. Namun ia sama sekali tak gentar, bahkan membangun tembok kokoh mengelilingi benteng para Gallia. Ini dimaksudkan untuk bertahan melawan gempuran bantuan dan mencegah Gallia bergabung dengan pasukan bantuan. Strategi ini sungguh efektif. Setelah beberapa bulan semua orang Gallia kelaparan karena dikepung dalam benteng sehingga bahan makanan mereka habis tak tersisa, sementara pasukan bantuan tak dapat membantu karena terhalangi tembok yang dibangun Caesar. Perlahan tapi pasti pasukan bantuan untuk Gallia dirontokkan perlawanannya sehingga tersisalah Gallia seorang diri di dalam benteng. Karena tak ingin seluruh bangsanya tewas karena kelaparan, akhirnya Gallia memutuskan untuk menyerah kepada Caesar dan menjadi daerah jajahan Romawi. Sungguh menakjubkan seorang Julius Caesar yang hanya dengan pasukan berjumlah lima belas ribu dapat mengalahkan Gallia dan sekutunya yang total berjumlah sekitar 120 ribu.
Ketika kendali komando militernya berakhir, dia diperintahkan oleh Senat Romawi kembali ke Roma dan menjadi penduduk biasa. Rupanya anggota Senat tak menyukai langkah Caesar yang gila perang dan tanah jajahan tersebut. Mereka menuding Caesar gila harta dan kekuasaan. Hal itu berarti ia kembali tanpa pasukan sama sekali. Caesar sungguh khawatir dan kekhawatiran ini cukup beralasan. Jika dia kembali ke Roma tanpa pasukan, lawan-lawan politiknya di Senat akan menggunakan peluang itu untuk menghancurkannya. Ia mengacuhkan perintah itu dan tetap melanjutkan berperang untuk memperluas daerah kekuasaan. Oleh sebab itu, di malam tanggal 10-11 Januari 49 SM dalam perlawanan terbuka terhadap Senat, Caesar memimpin pasukannya menyeberangi Sungai Rubicon di belahan utara Italia dan menuju Roma. Ini merupakan langkah melanggar aturan dan tak lain merupakan suatu pemicu perang saudara antara pasukan Caesar di pihaknya melawan pasukan yang setia kepada Senat. Pertempuran berkecamuk tak kurang dari empat tahun lamanya yang akhirnya dimenangkan oleh Caesar. Pertempuran penghabisan yang menentukan terjadi di Munda, Spanyol, tanggal 7 Maret 45 SM. Setelah itu ia melanjutkan perang dengan Gallia. Sementara ia berperang kondisi politik di Romawi sedang panas. Senat mencoba mempengaruhi rakyat agar membenci Caesar namun kenyataannya rakyat telah terlanjur mencintai Caesar. Selama berperang Caesar telah membuat Romawi menjadi bertambah kaya dengan hasil rampasan perangnya sehingga rakyat mengelu-elukannya.
Saat menghabiskan waktu berperang dengan Gallia, Caesar mendapatkan kabar anaknya Julia telah meninggal setelah melahirkan seorang anak. Mendengar hal tersebut Caesar begitu sedih dan terpukul, hingga akhirnya ia memutuskan kembali ke Roma tak lama setelah menerima kabar tersebut. Sebelum menginjakkan kakinya di Roma, ia memerintahkan Jenderalnya Mark Anthony menuju Romawi untuk menghimbau rakyat agar tak terpengaruh oleh penghasutan Senat. Penaklukan Gallia membuat Caesar –yang memang sudah menjadi pemuka politik– menjadi seorang pahlawan tatkala kembali ke Roma. Bagi lawan-lawan politiknya ia terlampau populer dan terlampau kuat sehingga ketika mendengar kabar kedatangan Cesar, Senat mempengaruhi Pompey -menantu Caesar- untuk memimpin pasukan dan menghimpun kekuatan di luar Romawi. Beberapa saat setelah kembali ke Romawi, Caesar mendengar kabar bahwa ia akan diserang oleh Pompey. Ia pun kembali memimpin pasukan untuk menyerang Pompey sebelum Pompey menyerangnya di Romawi. Karena terus didesak oleh pasukan Caesar, Pompey lari menuju Alexandria (Mesir) untuk mencari suaka politik, dan saat itu Ptolemeus XIII yang berkuasa sebagai raja. Sayangnya Pompey bernasib sial, sesampai di Alexandria ia dibunuh oleh salah satu pengawalnya yang bekerja untuk dinasti Ptolemeus. Julius Caesar kemudiam pergi menuju Mesir dengan maksud untuk berdamai dengan Pompey atas saran Marcus Junius Brutus seorang Jendral pasukan yang dipimpin Pompey. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ptolemeus XIII. Begitu Julius Caesar tiba di Alexandria, Ptolemeus menyerahkan kepala Pompey kepadanya dengan maksud untuk merebut hati Julius Caesar yang berkekuatan besar saat itu. Namun sayang, prasangka Ptolemeus kandas. Julius Caesar justru marah besar dengan melihat terbunuhnya Pompey. Sekalipun Pompey adalah musuh politiknya bagaimanapun Pompey adalah menantu sekaligus konsul Roma.
Saat di Mesir inilah Julius Caesar bertemu dengan Cleopatra. Saat itu Cleopatra ditentang oleh dinasti Ptolemeus karena keinginannya menjadi Ratu Mesir. Kesempatan bertemu Julius Caesar ini tidak disia-siakan oleh Cleopatra. Ia coba merangsak mendekat Caesar. Senyuman, kecantikan, cara bicara dan kepintaran juga kepiawaian berlobi Cleopatra berhasil menundukkan hati Sang Raja. Hati Julius Caesar terpanah dan terperosok dalam asmara dengan Cleopatra. Pandangan pertama langsung membuahkan hasil. Julius Caesar terpaut asmara yang sangat dalam dengan Cleopatra, keduanya terbuai dalam larutan cinta. Cleopatra menawarkan kesepakatan untuk menggabungkan Romawi dengan Mesir sehingga Romawi menjadi kekaisaran yang kaya raya dan siap menaklukan dunia dengan dia menjadi ratunya dan Caesar kaisarnya. Pertemuan Cleopatra dengan Julius Caesar menurut para ahli sejarah terjadi selama satu tahun yaitu tahun 48 – 47 SM. Saat itu Cleopatra berusia 21 tahun, sementara Caesar berumur 50 tahun. Pertautan umur yang hamper 30 tahun ternyata tidak menjadi penghalang untuk terus melanjutkan hubungan gelap, sebagai kekasih. Ikatan asmara dan rajutan cinta ternyata memang tidak mengenal usia. Percikan cinta membuat orang buta, yang ada adalah rasa sayang dan asmara membara. Setelah sembilan bulan keduanya terjerembab dalam asmara, Cleopatra pun hamil dan melahirkan seorang bayi mungil, hasil hubungannya dengan Julius Caesar yang kemudian diberi nama Ptolemeus Caesar atau sering disebut “Caesarion” yang berarti “Caesar kecil” tepatnya pada tanggal 23 Juni 47 SM.
Saat Caesar kembali ke Romawi, Cleopatra dan Caesarion ikut menyertainya. Mereka pun disambut dengan meriah oleh rakyat dan Senat. Perselingkuhan itu membuat istri Caesar -Calpurnia- begitu hancur lebur hatinya ketika menyambut kedatangan Caesar. Namun sejatinya ia masih sangat mencintai Caesar. Senat kemudian menganugerahi Caesar untuk menjadi Kaisar Romawi, tetapi dengan tegas Caesar menolaknya karena tujuan utamanya hanya untuk memakmurkan dan menyejahterakan Romawi bukan berkuasa penuh di atasnya. Namun kenyataannya, terdapat sebuah komplotan dalam Senat yang berpikir sebaliknya. Komplotan yang dipimpin Marcus Junius Brutus tersebut bertujuan untuk membunuh Julius Caesar. Mereka khawatir jika Caesar memiliki kekuasaan yang mutlak maka perlahan tapi pasti akan berubah menjadi sosok yang kejam dan otoriter layaknya Lucius Sulla (Diktator Romawi). Maka Brutus merencanakan pembunuhan terhadap Caesar yang akan dilakukan ketika Caesar menghadiri sidang Senat. Pada tanggal 15 Maret 44 SM, Caesar terbunuh. Ia ditikam oleh Brutus beserta komplotannya dengan beberapa pisau yang menusuk-nusuk tubuhnya. Ia dibantai dengan tusukan yang tak hanya sekali di sekitar raganya. Sesaat sebelum menghembuskan napas terakhir, Calpurnia datang kepadanya dan Caesar pun tewas dipangkuan Calpurnia dalam ruangan Senat yang berubah menjadi lautan darah. Seorang yang begitu besar dan mahsyur tewas dengan kejinya melalui sebuah konspirasi politik untuk menjatuhkannya.
Di masa-masa akhir hayatnya, Caesar merancangkan berbagai program perbaikan. Dia merencanakan penempatan veteran tentara serta kaum miskin penduduk Romawi di dalam suatu masyarakat baru di seluruh kekaisaran. Dia pun memperluas kewarganegaraan Romawi dengan memberi kesempatan kepada pelbagai golongan memasukinya. Dia merencanakan meletakkan dasar administrasi seragam untuk seluruh pemerintahan kota-kota di seluruh negeri. Dan tak lupa rencana pembangunan, serta kodifikasi hukum Romawi. Yang tidak berhasil dilakukannya adalah menyusun sistem konstitusi yang memuaskan untuk pemerintah Romawi. Dan inilah mungkin yang menjadi sebab utama kejatuhannya.
Recent Comments